Sunday, 2 December 2012

Kebersamaan Untuk Meraih Kemenangan

Hai, stalker.

Post kali ini akan mempamerkan sebuah tugas yang pernah aku bikin ;;)
Beberapa saat yang lalu aku disuruh menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi. Sebenernya ngarang juga boleh sih, tapi entah mengapa bagiku lebih gampang untuk nulis berdasarkan pengalaman pribadi....alurnya lebih jelas.

Berhubung saat itu adalah saat-saat setelah mengikuti lomba PPI, aku bikin cerpennya tentang itu. Meskipun di provinsi kita kalah, tapi di kota kan kita berhasil dapet juara 2, akhirnya suasana senang serta kegembiraan yang kita rasakan setelah lomba PPI kota itu aja yang aku angkat jadi cerpen hehe ;)
Sebelumnya aku sempet bingung karena syarat cerpennya minimal 3 halaman A4, dan aku takut kalo aku nulis tentang itu totalnya nggak nyampe 3 halaman. Tapi dengan font Times New Roman ukuran 12 dan line spacing 1.5 serta ditambah dengan sebuah foto (sebagai ilustrasi), akhirnya malah jadi 3 halaman lebih :))

Bagi yang mungkin kurang paham saat membaca cerpen ini, aku jelasin dulu deh wkwk. Jadi ini ceritanya semacam flashback. Meskipun sebenernya aku nulisnya udah lama setelah lomba, tapi di cerpen ini aku buat seakan-akan aku nulisnya di hari Minggu malam setelah pulang dari balai kota. Teruss ada sedikit bagian yang dikarang; karena untuk menjelaskan keadaan sebenarnya itu rumit dan jadi harus njelasin hal-hal lain dengan panjang lebar, jadinya bagian yang rumit itu aku karang aja supaya lebih sederhana hehe. Selamat membaca =))


Kebersamaan untuk Meraih Kemenangan
Oleh: Muhammad Faiz  Abdurrahman *wuejyaan

Di malam yang gelap nan dingin ini aku terbaring di atas kasurku tercinta. Tidak bisa kulupakan kegembiraan yang tadi sore tampak di tengah derasnya hujan di wajah-wajah para anggota Peleton Inti Pawitikra putra dan putri kelas 9. Yah bagaimana tidak, gelar juara 2  yang berhasil diraih oleh peleton putra kelas 9 serta gelar juara 3 yang berhasil diraih oleh peleton putri kelas 9 dalam lomba baris-berbaris Purna Paskibraka Indonesia (PPI) ini membuat kami saat itu dapat berteriak kesenangan dan penuh kegembiraan. Derasnya hujan yang mengguyur Kantor Balaikota Yogyakarta serta beceknya tanah akibat air hujan tidak menghalangi kesenangan kami setelah mendengar nomor dada peleton kami terucap keluar melalui mulut para juri ketika pengumuman hasil perlombaan diumumkan.
            Beberapa saat aku termenung dan bersyukur di dalam hati, “terima kasih ya Allah..” kemudian pikiranku pun mengalami flashback ke satu bulan terakhir; saat-saat di mana kita berlatih intensif setiap pagi dan sore hari untuk mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba baris-berbaris Purna Paskibraka Indonesia itu. Saat-saat di mana semangat kita berkobar dengan harapan bisa kembali membanggakan nama Pawitikra dalam lomba baris-berbaris Purna Paskibraka Indonesia.
            “Siaaaaap……grak!!”, “hormaat……grak!!”, “setengah lengan lencang kanaan……grak!!”, begitulah perintah-perintah yang setiap hari terucap oleh Aldi, sang komandan peleton kami. Begitu antusias persiapan yang kami lakukan dalam rangka mempersiapkan diri untuk lomba baris-berbaris itu. Bahkan pada hari Sabtu dan Minggu tepat satu minggu sebelum lomba dilaksanakan, kami sempat melakukan sebuah “karantina” untuk persiapan PPI; kami menginap di sekolah dan kami berlatih mulai dari sekitar Isya sampai dengan jam sepuluh malam. Setelah itu dilanjutkan dengan acara ­sharing-sharing bersama di aula sampai dengan jam dua belas malam. Dalam acara sharing-sharing itu kami disuruh duduk dalam sebuah lingkaran besar, lalu para pelatih berada di tengah lingkaran tersebut. Lalu setiap komandan peleton harus mewakili peletonnya untuk berdiri dan mengungkapkan unek-unek­­nya tentang Tonti, peleton lainnya, serta pelatih. Peletonku pun diwakili oleh Aldi, sang komandan.
            “Yaa…menurutku Tonti itu seru, dan blablabla…..”, ia berbicara panjang lebar saat itu. “Cuma menurutku kekurangan peletonku itu ya di kelakuan, kita kurang bisa menghormati orang lain, bahkan yang lebih tua pun kita kadang nggak ngehormatin”, tambahnya. Keesokan harinya, kami melanjutkan pelatihan dari jam 5 pagi sampai jam 9 pagi.
Selain kegiatan karantina itu, setiap pagi kami diizinkan untuk tidak mengikuti pelajaran pada jam pertama untuk mengikuti latihan Tonti. Bahkan kami diizinkan untuk tidak mengikuti kegiatan Galawidyatama selama satu minggu untuk berlatih Tonti. Yah memang kalau tidak begitu hampir tidak ada waktu lagi bagi kami untuk berlatih karena begitu padatnya jadwal kami sebagai seorang siswa kelas 9.
Pada hari Rabu terakhir sebelum lomba, telah dilaksanakan sebuah technical meeting alias sebuah rapat teknis untuk mengambil undian urutan maju serta  mendapat petunjuk teknis lomba dari para panitia PPI. Setiap sekolah yang akan mengikuti PPI wajib mengirimkan perwakilan untuk mengikuti technical meeting tersebut. Sekolah kami diwakili oleh Gamal beserta beberapa temannya. Memang, mereka sempet tidak terlihat ketika kami berlatih Tonti. Namun beberapa saat kemudian pun mereka datang. Gamal yang diboncengi oleh Harris, temannya, turun dari motor dan berjalan ke arah peleton kami. "Kita urutan pertama woooii!" Teriaknya ketika sampai. Ternyata, kami mendapat giliran maju pertama. Dan itu berarti bahwa kami harus sampai di Kantor Balaikota sangat pagi dan mengikuti upacara pembukaan.
Seiring waktu berjalan, hari demi hari pun berlalu, latihan demi latihan pun kita lalui, dan akhirnya sampailah kita pada hari H; hari dilaksanakannya  perlombaan baris-berbaris Purna Paskibraka Indonesia. Kami datang di Kantor Balaikota Yogyakarta jam setengah tujuh pagi. Kami berkumpul di basecamp sebentar untuk merapikan diri, kemudian dengan mengenakan seragam OSIS putih-biru lengkap selayaknya siswa SMP pada umumnya, ditambah dengan dasi kebanggaan Pawitikra, serta pet khas tonti yang dilengkapi dengan lambang burung Garuda serta sarung tangan putih, kami pun mengikuti upacara pembukaan. Setelah upacara pembukaan, kami melakukan defile, yaitu melakukan gerakan langkah tegap sambil melakukan hormat kanan kepada para dewan juri lomba. Defile ini adalah sebagai bentuk hormat para peserta kepada para dewan juri.
Setelah selesai defile, kami kembali ke basecamp dan istirahat sejenak. Kami pun saling mengoreksi satu sama lain ketika di basecamp. "Iz, tanganmu kurang lurus kalo lagi langkah tegap!", "Aldi suaranya kurang keraas!", "Koreksi!", "Ayo dibarengin lagi!", teriak para anggota peletonku saat di basecamp. Tidak lama kemudian peleton kami pun dipanggil ke daerah persiapan satu; daerah persiapan sebelum memasuki pos penilaian pertama. Kami berdoa bersama-sama lalu kami mulai memasuki pos pertama. "Lapor! Peleton dengan nomor dada satu kosong tiga siap melaksanakan seluruh materi gerakan lomba!" Teriak Aldi ketika memberi laporan kepada dewan juri. Lalu gerakan demi gerakan kami pamerkan, pos demi pos pun kami lalui bersama. Latihan selama berminggu-minggu serta segala pengorbanan yang telah kami lakukan hanya akan dinilai dalam waktu yang tidak sampai dua puluh menit itu. Tentu suasana tegang menghantui kami semua.
Akhirnya kami telah menyelesaikan semua pos, semua gerakan telah kami pamerkan, dan kami kembali ke basecamp. "Wah aku tadi salah hadap e!", ucap seorang temanku tiba-tiba. "Aku juga tadi hormatnya agak telat e!", tambah seorang temanku. "Udah nggakpapa, secara keseluruhan kita udah bagus kok!" Ucap Aldi menghibur kami. Setelah itu kami hanya bisa berikhtiar dan berdoa berharap kami diberi yang terbaik oleh Allah.
Aku dan beberapa temanku memutuskan untuk menunggu di Kantor Balaikota Yogyakarta untuk mendengarkan langsung pembacaan pengumuman hasil perlombaan yang rencananya akan dilaksanakan setelah sholat Maghrib. Karena pengumumannya masih sangat lama, kami pun memutuskan untuk makan siang dulu. Lalu kami juga melaksanakan ibadah sholat Dzuhur dan sholat Ashar bersama-sama di masjid milik Kantor Balaikota Yogyakarta. Mendekati Maghrib, tiba-tiba hujan deras mengguyur Kantor Balaikota. Kami semua yang menunggu pengumuman hanya bisa berteduh dengan untel-untelan seperti pengungsi di basecamp. Suasana tegang serta deg-degan masih menghantui kami semua. Tidak lama kemudian adzan Maghbrib berkumandang, dan kami pun kembali melaksanakan ibadah sholat Maghbrib bersama-sama. Setelah selesai sholat dan keluar dari masjid, ternyata hasil perlombaan baru akan dibacakan. Kami semua langsung berlarian menuju ke lokasi pengumuman dan berdesak-desakan untuk bisa maju ke depan karena memang suara juri terdengar dengan kurang jelas. Dengan penuh berharap, kami mendengarkan pembacaan hasil perlombaan oleh para dewan juri dengan seksama.
Dan ternyata segala usaha, kekompakan, dan pengorbanan kami selama ini terbalas juga. Peleton putra kelas 9 SMP Negeri 5 Yogyakarta berhasil meraih juara 2 kota dan peleton putri kelas 9 SMP Negeri 5 Yogyakarta berhasil meraih juara 3 kota. Alhamdulillah, harapan kami untuk bisa membanggakan nama Pawitikra pun tercapai juga.

Yak, barusan adalah cerpen buatan saya :))
Mungkin masih jelek dan masih banyak kekurangannya, tapi nggapapa deh yang penting 3 halaman dan udah terkumpul :)) sesungguhnya kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT dan kekurangan itu adalah milik saya pribadi.

Sekian.

1 comment:

  1. Thank u!! Sukses terus paskibra nya! Salam paskibra!

    ReplyDelete